KKN di Pulau Moa

KKN di Pulau Moa merupakan salah satu pengalaman terbaik dalam hidup saya, sekaligus titik terjauh saya menginjakkan kaki di Indonesia bagian paling timur. Berangkat dengan pesawat Hercules milik TNI Angkatan Darat pada 16 Desember 2022 08:00 WIB juga merupakan pengalaman sekali seumur hidup yang tidak akan pernah saya lupakan.

Tiba di Kupang di siang hari waktu setempat, kami istirahat sejenak di sebuah penginapan, sebelum malamnya melanjutkan kembali perjalanan ke Pulau Moa menggunakan kapal perintis pada 16 Desember 2022 22:00 WIB.

Kapal Perintis

Kami tiba di Pulau Moa pada 19 Desember 2022 20:30 WIB. Terdapat dua buah bis, masing – masing menuju Desa Wakarleli dan Desa Patti.

Dermaga di Pulau Moa

Saya, sebagai anggota subunit 3 yang ditempatkan di Desa Patti, istirahat sejenak malamnya sebelum mengikuti upacara pembukaan. Berikut merupakan keadaan di depan rumah kepala desa Desa Patti, dan tangkapan udara dari Desa Patti:

Rumah Kepala Desa di Desa Patti

Selama KKN di Desa Patti, kami sangat menikmati keindahan alam di sana, terutama Pantai De Haan yang berlokasi di pesisir selatan Desa Patti. Selain itu, warga di sana sangat menerima kedatangan kami dan sangat ramah, mulai dari orangtua yang sering memberi kami sukun goreng setiap pagi, hingga anak – anak muda yang selalu mengajak kami bermain dan berkenalan.

Beberapa tantangan yang harus dihadapi selama 50 hari tinggal di Desa Patti adalah keterbatasan air bersih. Sumber air bersih hanya mengalir hanya mengalir pada siang hari dan pada malamnya seringkali tidak mengalir, solusinya adalah kami menyimpan air sebanyak mungkin pada tandon pada siang hari dan berhemat air.

Selain itu, tantangan berikutnya adalah jauhnya lokasi pasar dari Desa Patti dan keterbatasan kendaraan. Jarak Desa Patti dengan Kota Tiakur adalah sekitar 15 km dan hanya terdapat dua buah motor. Strategi kami untuk menghadapi tantangan berikut adalah dengan menitip belanja untuk kebutuhan makanan harian ke mahasiswa yang pergi ke Kota Tiakur.

Dalam beberapa minggu, kebutuhan pangan kami tercukupi dan kebutuhan transportasi menuju kota juga tercukupi, ketika banyak mahasiswa yang mengerjakan program kerja di hari yang sama dan tidak ada yang memasak, kami memiliki kesepakatan untuk membeli makan di Kota Tiakur

Bagi saya sendiri, kebutuhan pangan dan tidur sangat tercukupi, sehingga saya mampu mengalokasikan waktu untuk mengerjakan program kerja dan membantu program kerja teman yang bersifat besar dan fisik.

Dengan adanya berbagai tantangan hidup di Desa Patti, kami menyadari akan pentingnya bertahan hidup ketimbang membuat drama dan masalah – masalah yang tidak penting, sehingga hubungan sosial dan kerjasama antar teman dan antar penduduk desa relatif terjalin sangat baik. Secara tidak langsung kami mengalokasikan waktu lebih banyak untuk program kerja, memenuhi kebutuhan hidup, dan bersenang – senang di waktu luang.

Untuk program kerja saya sendiri, program kerja saya yang paling berkesan adalah pembuatan website komersialisasi Pulau Moa dan Desa Patti. Saya berkunjung ke Dinas Kominfo dan Dinas Pariwisata untuk melakukan sosialisasi, dimana Dinas Kominfo akan menjadi admin website tersebut dan Dinas Pariwisata sebagai konten kreator untuk website berikut.

https://blog.moabercerita.id

Untuk program kerja rekan – rekan saya di Desa Patti yang paling berkesan buat saya adalah festival budaya di Desa Patti. Pada program kerja ini, kami semua bekerja untuk mensukseskan acara ini, mulai dari kelompok logistik yang membawa tenda, konsumsi yang menyiapkan makanan untuk hari-h, sekretaris yang mengurus surat undangan ke dinas dan warga, hingga MC yang membawa acara dari awal hingga akhir.

Gabriel Kheisa

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *